MENUNTUT ILMU TIDAK BISA INSTANT


Zaman modern menuntut kita serba cepat. Tak heran jka produk-produk yang menawarkan cara cepat untuk mencapai sesuatu selalu laris. Dari makanan instant hingga cara untuk memahami agama secara instant pun hadir. Promosi yang bom bastis  kerap membuat orang tertarik meski mereka buta akan hakikatnya.
Belakangan ini orang banyak tersendak dengan penemuan aktivitas otak tengah. Konon menurut para pengiatnya, jika seseorang mampu mengaktifkan otak tengahnya ia akan melakukan aktivitas dengan lebih cepat. Saking hebatnya, seseorang bisa membaca, memasak, dan mewarnai dengan mata tertutup.
Bagi para penuntut  ilmu tentu saja hal ini akan sangat memudahkannya. Namun tanda tanya besarnya, apakah ilmu yang sangat mulia ini bisa dicapai dengan instant?
Fakta sejarah berkata tidak. sebab, ulama-ulama terdahulu dengan tingkat kecerdasan yang tinggi tidak ada menuntut ilmu secara cepat. Mereka bahkan seumur hidupnya mengabdikan diri untuk menuntut ilmu. Bahkan pisah satu tempat ke tempat yang lain. Menghabiskan umurnya berpuluh tahun untuk menuntut ilmu.
Dikatakan kepada Imam Ahmad, seorang menuntut ilmu pada guru saja yang memiliki ilmu yang banyak atau dia pergi bertualang menuntut ilmu. Ahmad menjawab, “dia bertualang dan menulis dan mendengar dari para ulama di setiap kota”. Bahkan Musa  sendiri yang sudah jadi Nabi berjalan jauh untuk menuntut ilmu.( Fathul Bari)
Imam Bukhari membuat bab khusus tentang keluar menuntut ilmu . lalu beliau mencontohkan sahabat Jabir bin Abdullah. Sahabat dari kalangan Anshar ini pernah melakukan perjalanan selama satu bulan untuk mengambil satu Hadits dari Abdullah bin Unais. (Shohih Bukhari)
Dan kalau menujuk kepada Al-Qur’an, Allah pun menurunkan Al-Qur’an secara beransur-ansur. Padahal, siapa yang meragukan kecerdesan Nabi. Kalau Allah mau mengajar Nabi-Nya dengan cara instant pun pasti bisa. Namun, Allah memilih 23 tahun untuk mengajarkan Al-Qur’an. Waktu yang tertentu tidak singkat. Banyak hikmah di dalamnya. Tapi yang terpenting adalah proses panjang dalam menuntut ilmu adalah kemutlakan.
Proses sangatlah penting. Semakin melelahkan proses yang dilewati seseorang dalam menuntut ilmu, semakin banyak pula ilmu yang diberikan Allah padanya. Karenanya dalam satu wasiat Imam Syafi’i kepada para penuntut ilmu adalah harus bersabar dalam waktu yang panjang.
Menuntut ilmu adalah satu jalan mencari keridhaan Allah yang membutuhkan kesungguhan. Lalu dimanakah  letak kesungguhan itu jika kita justru ingin mencari ilmu dengan cara-cara cepat?
By: Saydina Selian

comment 0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger